Halaman

Sabtu, 17 Januari 2009

Kepemimpinan


Kepemimpinan Dalam Era Globalisasi


Globalisasi merupakan suatu perwujudan dari modernisasi. Globalisasi ini sendiri membawa dampak negatif bagi kehidupan sosial, dampak-dampak negatif tersebut adalah Kaget Budaya (Culture Shock) dan Ketimpangan Budaya (Culture Lag). Mempersoalkan tanggung jawab moral di balik sebuah kebijakan publik maupun politik, bisa menjadi diskusi yang tidak berkesudahan. Manusia terlahir dalam sebuah problematik yang tiada hentinya, yang bagaimana mengompromikan antara sektor publik dan sektor privat. Waktu terus bergulir, perbuatan budaya dengan kebudayaan lain tak dapat dihindarkan. Tetapi dalam pertemuan dengan kebudayaan lain tokoh dapat memperkaya horizon kehidupan. Dunia pun berubah menjadi sebuah global village. Salah satu tokoh yang dapat memperkaya horizon kehidupan adalah pemimpin.

Dimensi pemerintahan dapat menajdi sebuah indikator yang diwarnai oleh keberagaman kutur. Hal lain yang dapat menjadi indikator adalah gaya kepemimpinan seorang pemimpin itu sendiri. Gaya-gaya kepemimipnan sungguh sangat beragam; gaya kharismatis, gaya paternalistis dan maternalistis, gaya militeristis, gaya otokrasi/otoritatif (authorilative, dominator), gaya laisser faire, gaya populistis, gaya administratif dan gaya demokratis (group developer).

Untuk membangun sebuah organisasi atau negara seorang pemimpin harus mampu melakukan manajemen dengan baik. Dalam memerintah negara, pemerintah sama seperti Bintang Utara, memimpin jalan. Karena itu, kepemimpinan yang kuat dan stabil serta rencana yang matang merupakan dasar bagi pertumbuhan suatu negara atau organisasi. Setiap negara yang kuat dan makmur selalu memiliki penguasa yang bijak. Seperti Bintang Utara, posisinya harus tetap benar untuk memberikan arah. Ia yang tak tentu arah, bodoh, dan pengecut, akan gagal dalam apa pun yang dilakukannya. Sebenarnya, kepemimpinan yang baik dan mantap tak dapat dipisahkan dalam suatu organisasi bisnis. Pemimpin harus sanggup menangkap kesempatan yang muncul dan menyelesaikannya.

Jadikan rasa hormat dan kesetiaan penghubung antara penguasa dan bawahannya. Penguasa harus memperlakukan bawahan dengan baik. Bawahan harus melayani penguasa dengan setia. Penguasa harus memperlakukan bawahan dengan adil. Bawahan harus melayani penguasa dengan patuh. Penguasa tidak hanya memerintah bawahan, tapi juga menunjukkan perhatian, perlindungan dan penghargaan. Seorang penguasa harus baik terhadap bawahan dan menghormati perasaannya. Bawahan harus menganggap kesetiaan sebagai kebajikan. Penguasa yang tidak mempercayai bawahan akan berakhir sendirian. Seorang penguasa yang bekerja dengan dekat dan rajin bersama bawahan akan selalu harmonis. Ini juga berlaku bagi seluruh eselon dari sebuah perusahaan.

Menjadi pemimpin yang menguasai situasi dengan baik. Seorang penguasa harus membuka lebar mata dan telinga agar dapat menguasai situasi negara dengan baik. Memahami masalah sepenuhnya dan membuat batasan antara yang benar dan yang salah. Pejabat yang setia dan yang jahat berbeda tapi sulit mengatakannya dari penampilan saja. Orang akan salah jika hanya mendasarkan pada perkataan dan sikap luar saja. Seorang penguasa harus berhati-hati saat memutuskan apakah benar atau salah.

Seorang penguasa harus membiarkan bawahannya mengetahui tujuan dan rencananya. sehingga mereka memahami kebijakan pemerintah. Pemerintah harus pertama-tama mendirikan seperangkat hukum yang jelas. Hukum harus diketahui sampai ke seluruh negeri. Bila rakyat bersatu, mereka dapat memenangkan pertempuran. Seorang pemimpin harus membuat rakyatnya mengerti dengan jelas kebijakan dan tujuan pemerintah. Hanya dengan demikian ia mendapat dukungan dan pengertian rakyatnya.

Promosikan yang berjasa dan pecat yang kurang mampu. Jika seorang penguasa ingin istananya bersih dari korupsi dan negaranya kuat dan makmur, penting untuk mengevaluasi kinerja bawahannya. Kriteria apa yang dipakai dalam menaikkan pangkat atau memecat pejabat? Kriterianya adalah apakah mereka dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan organisasi. Sangat berbahaya jika dipengaruhi oleh perasaan dan kesukaan pribadi.
Seorang penguasa harus menempatkan orang yang berbakat sehingga mereka dapat melakukan yang terbaik demi negaranya, tidak perduli status ekonomi dll. Orang yang berbeda memiliki pengalaman dan kemampuan yang berbeda pula. Pemimpin yang pintar harus mempergunakan sepenuhnya bakat berbagai orang tersebut untuk mengatasi kesulitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar