
Fitrah Manusia Adalah Menjadi Pemimipin Bukan Menjadi Perusak
Seorang manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin seperti firman Allah dalam Q.S Al Baqarah ayat 30 yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Dari firman Allah diatas sudah jelas bahwa manusia diciptakan untuk menjadi pemimipin. Dan jauh sebelum manusia diciptakanpun Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Sifat manusia yang serakah membuat segala seuatu di bumi menjadi rusak. Bencana-bencana yang timbul pada saat ini pun merupakan kausalitas dari keserakahan manusia.
Menjadi seorang pemimpin di masa sekarang ini tidaklah mudah. Tapi mengapa banyak orang rela memperebutkan kursi kepemimpinan? Bahkan sebagian dari mereka menghalalkan segala cara untuk menjadi seorang pemimpin di suatu daerah atau negara. Black Campaign dan Money Politic pun seakan menjadi hal yang lumrah padahal hal tersebut jelas-jelas dilarang. Ironinya masyarakat lebih memilih orang yang melakukan hal negative tersebut untuk menjadi pemimpin mereka. Seperti itukah demokrasi? Ketika itu terjadi maka Negara atau daerah yang dipimpinnya pun hancur karena sang penguasa yang serakah. Akhirnya hubungan penguasa dan bawahannya (masyarakat) itu ikut hancur pula. Untuk menjaga keharmonisan harusnya penguasa bisa menjadikan rasa hormat dan kesetiaan menjadi penghubung antara penguasa dan bawahannya. Penguasa harus memperlakukan bawahan dengan baik. Bawahan harus melayani penguasa dengan setia. Penguasa harus memperlakukan bawahan dengan adil. Bawahan harus melayani penguasa dengan patuh. Penguasa tidak hanya memerintah bawahan, tapi juga menunjukkan perhatian, perlindungan dan penghargaan. Seorang penguasa harus baik terhadap bawahan dan menghormati perasaannya. Bawahan harus menganggap kesetiaan sebagai kebajikan. Penguasa yang tidak mempercayai bawahan akan berakhir sendirian. Seorang penguasa yang bekerja dengan dekat dan rajin bersama bawahan akan selalu harmonis. Ini juga berlaku bagi seluruh eselon dari sebuah perusahaan.
Seorang penguasa harus membiarkan bawahannya mengetahui tujuan dan rencananya sehingga mereka memahami kebijakan pemerintah. Pemerintah harus pertama-tama mendirikan seperangkat hukum yang jelas. Hukum harus diketahui sampai ke seluruh negeri. Bila rakyat bersatu, mereka dapat memenangkan pertempuran. Seorang pemimpin harus membuat rakyatnya mengerti dengan jelas kebijakan dan tujuan pemerintah. Hanya dengan demikian ia mendapat dukungan dan pengertian rakyatnya. Dengan hal tersebut mudah-mudahan fitrah manusia sebagai seorang pemimpin dapat terpenuhi dengan baik dan benar tanpa ada perusakan fisik maupun psikis terhadap rakyatnya.
Kita mungkin masih ingat terhadap tragedi di Maluku. Pilkada Maluku merupakan Pilkada terburuk di Indonesia karena menimbulkan ekses negative bagi rakyatnya.
Oleh karena itu mari kita berpikir dan beristiqarah untuk memilih siapa yang lebih bisa memimpin kita. Yuk...! Kita suksekan Pemilu 2009.
Oleh: Imam Sugihartono